Pertempuran Iwo Jima 4 (H+12 sampai H+36 End)


H+12 sampai H+19 : Deadlock

Jumlah korban sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Sampai H+12 jumlah korban Marinir mencapai angka 16.000 dengan 3.000 lebih korban yang tewas. Jumlah korban pasukan Jepang juga mencengangkan. Dari 21.000 prajurit di bawah komando Jenderal Kuribayashi pada Hari-H,hanya tersisa kurang dari 7.000 orang. Pertempuran berlanjut lebih lama daripada yang diperkirakan, semakin memburuk menjadi pertarungan keras tak kenal ampun dari parit ke parit, bukit ke bukit, dan gua ke gua. 

Perkembangan Pertempuran

H+12

-Divisi Ke-5 terus memberikan tekanan ke pantai barat ketika Resimen Ke-26 menyerang Bukit 362B dan Resimen Ke-28 menghadapi Perbukitan Nishi. Dalam pertempuran sengit yang menjatuhkan banyak korban, Resimen Ke-26 akhirnya menyerbu puncak Bukit 362 B meskipun musuh masih menduduki sebagian besar daerah di sekitarnya. Namun berita paling menggembirakan datang dari Resimen Ke-28 yang berhasil merebut Perbukitan Nishi.

-Divisi Ke-4 kembali berhadapan dengan "Meatgrinder". Resimen Ke-24 pimpinan Kolonel Jordan memperbarui serangan terhadap Bukit 382 sementara Resimen Ke-23 pimpinan Kolonel Wensinger menangani 'Turkey Knob'. Amphitheater, dan Desa Minarni. Tank-tank Sherman Batalion Tank Re-4 telah ditugaskan ke kedua kesatuan itu,namun medan yang semakin berbatu menghalangi sebagian besar tank yang terhenti di depan gundukan karang dan batu besar yang tak dapat ditembus. Pasukan zeni dengan berani menghadapi tembakan musuh untuk membersihkan jalur namun mereka kurang berhasil. Ketika bergerak maju, Resimen Ke-24 berhadapan dengan sekumpulan kubu pertahanan beton, dan dengan bantuan beberapa tank yang berhasil maju, mereka berhasil mengepung Bukit 382. Itu satu-satunya hasil nyata yang dicapai pada hari tersebut ketika gerak maju Resimen Ke-23 terhenti oleh hujan tembakan dari posisi lainnya.

Meskipun hasil yang dicapai dari segi material mengecewakan, namun hari itu juga menjadi saksi tindak keberanian yang luar biasa, lima Medal of Honor dianugerahkan untuk tindakan kepahlawanan yang luar biasa. Dua Marinir gugur menyelamatkan nyawa rekannya dengan menjatuhkan diri mereka ke atas granat tangan. Dua prajurit medis semakin meninggikan reputasi tim medis AL dengan tindakan pengorbanan diri yang luar biasa. Seorang di antaranya merawat mereka yang terluka sampai dia sendiri harus diseret ke garis belakang agar luka-luka yang membahayakan jiwanya dapat dirawat, dan seorang yang lainnya gugur ketika dia menolak bantuan sehingga dia dapat terus merawat marinir yang terluka. Yang kelima, Sersan William Harrell, mendapatkan medalinya dengan mempertahankan posisi garis depannya terhadap penyusupan malam hari. menderita luka yang sangat parah, terrnasuk kehilangan kedua tangannya.

H+13

Dalam cuaca yang semakin buruk, hujan es dan awan mendung, serangan pesawat dari kapal induk dan bombardir Angkatan Laut dibatalkan karena jarak pandang yang buruk. Kelelahan secara menyeluruh seakan mejangkiti sekujur garis depan ketika para Marinir harus menghadapi musuh yang tak terlihat yang menghabiskan kebanyakan waktu terang di gua dan terowongan, keluar waktu malam untuk menyusup ke garis pertahanan pasukan Amerika, meski sebenarnya lebih berniat untuk mencari makanan dan air ketimbang membunuh musuh.

Di barat Divisi Ke-5 terus menghadapi posisi musuh yang terbuka dengan menggunakan penyembur api dan granat, namun sedikit sekali kemajuan yang dapat dilaporkan di semua garis depan.

Satu arahan dikeluarkan pada pukul 17.00: Besok tidak akan ada serangan secara umum, Semua divisi akan memanfaatkan hari itu untuk beristirahat, memperlengkapi diri dan bersiap untuk melanjutkan serangan pada 6 Maret. Sangat jelas bahwa para Marinir memerlukan istirahat setelah menjalani dua minggu pertempuran paling berdarah yang pernah dialami Korps Marinir AS.

Kejadian penting pada hari itu adalah kedatangan "Dinah Might", pesawat pengebom B-29 Superfortress pertama yang mendarat di Iwo Jima. Dengan pintu tempat bom macet dan masalah dengan saluran bahan bakar utama, pesawat tersebut harus berjuang keras untuk kembali dari satu misi pengeboman di barat daya Tokyo. Ketika Dinah Might mendarat di ujung utara landasan pacu utama Lapangan Udara no.1, pasukan Jepang mengarahkan tembakan artileri ke sana, sehingga pesawat besar itu harus berputar dan mundur dengan cepat ke arah ujung lapangan udara di Gunung Suribachi.

H+14

H+14 merupakan hari konsolidasi,pembekalan, dan istirahat. Sayangnya tidak ada yang memberitahukan itu kepada pihak Jepang yang terus menembakkan peluru artileri dan mortir ke posisi Marinir sepanjang hari. Para awak tank merawat mesin mereka; amunisi, makanan, dan air bersih dibawa ke garis depan; kopi panas dan kue donat tiba dari tempat pembuatan roti yang baru didirikan di garis belakang, dan pasukan pengganti bergerak masuk untuk menggantikan banyak pasukan yang kelelahan sesudah empat belas hari berkubang di neraka.

Dengan optimisme yang tidak pada tempatnya, AL mulai mengurangi dukungan. Namun, ada juga pendatang baru. Kesatuan Angkatan Darat yang akan ditempatkan di Iwo Jima setelah kepergian Marinir, mulai berdatangan,dan pesawat-pesawat tempur Mustang serta Black Widow pertama mulai mengambil tempat di sepanjang lapangan udara.

H+15

Andai para jenderal berharap bahwa hari istirahat dan pembekalan dapat menghasilkan kemajuan besar pada hari Selasa, maka mereka akan kecewa sekali. Angkatan Laut dan Marinir melakukan salah satu bombardir paling berat selama pertempuran Iwo Jima dan dalam 67 menit artileri telah menembakkan 22.500 butir peluru. Satu kapal perang, satu kapal penjelajah, dan tiga kapal perusak menambahkan 450 butir lagi peluru 14in dan 8in, sementara pesawat Dauntless dan Corsair dari kapal induk menembak serta menjatuhkan bom dan tabung napalm.

Divisi Ke-4 dan Ke-5 bergerak maju namun perlawanan musuh lebih sengit daripada sebelumnya. Resimen Ke-21 dan Ke-27 di pantai barat dihentikan oleh tembakan senapan mesin dan mortir yang mematikan sebelum mereka dapat maju beberapa yard, dan dukungan dari tank penyembur api pengaruhnya sedikit sekali. Prajurit Marinir Dale Worley menulisz "Mereka hampir menghapuskan Bukit 362 dari peta. Mayat di mana-mana dan darah berceceran di tanah. Baunya membuat kita mual."
Di posisi tengah, Divisi Ke-3 membuat sedikit kemajuan. Satu unsur Resimer Ke-21, di bawah pimpinan Letnan Mulvey, berjuang keras menuju ke puncak satu perbukitan lainnya. Selusin prajurit maju ke depan, namun sebelum kelompok itu mencapai sang Letnan, enam orang terbunuh dan dua orang lagi terluka, dan kelompok itu mundur di bawah hujan tembakan musuh. Di timur, kemajuan terbaik yang berhasil dicapai pada hari itu hanya sekitar 320 meter oleh Batalion Ke-3 Resimen Ke-24 dibantu oleh empat tank penyembur api.

H+16

Sebenarnya Jenderal Erskine sudah lama memikirkan gagasan untuk melakukan serangan malam, sadar bahwa Jepang tahu Marinir biasanya hanya bertempur pada siang hari. Rencananya adalah menyusup ke garis pertahanan musuh sejauh kira-kira 229 meter dan merebut Bukit 362C, penghalang utama terakhir di antara Divisi Ke-3 dan laut. Pada pukul 05.00 Batalion Ke-3 Resimen Ke-9 yang dipimpin Letkol Harold Boehm bergerak diam-diam, dan selama tiga puluh menit keberuntungan mereka bertahan sampai seorang penembak senapan mesin musuh melepaskan tembakan dari sebelah kiri mereka.  Boehm dan anak buahnya terus maju menyerbu ke puncak bukit dan menghubungi Erskine. Katanya: "Kita mendapati para bajingan itu tertidur seperti yang diperkirakan."

Namun kegembiraannya berlangsung singkat, ketika Boehm memeriksa peta dan menyadari bahwa dia berada di puncak Bukit 331, bukan 362C. Dalam kegelapan dan hujan deras, satu bukit Iwo Jima terlihat sama dengan bukit lainnya. Sambil meminta dukungan artileri, Boehm dan batalionnya terus maju meskipun mendapat perlawanan dari depan dan samping, dan pada pukul 14.00 mereka akhirnya mencapai sasaran yang tepat.

Ketika Boehm bergerak menuju Bukit 362C, Batalion Ke-1 dan Ke-2 bergerak maju di sayap kanannya, namun mendapatkan perlawanan hebat dari depan dan dari posisi pertahanan yang terlewati. Letkol Cushman dan Batalion Ke-2 bertemu dengan sisa-sisa Resimen Tank Baron Nishi dan segera mendapati bahwa diri mereka terkepung. Baru pada hari besoknya sisa-sisa batalion Cushman dapat dikeluarkan dengan bantuan tank. Pertempuran sengit akan terus berlanjut di daerah itu selama enam hari ke depan di tempat yang kemudian dikenal sebagai Crushman Pocket / Kantung Cushman.

Di garis depan, Divisi Ke-5 Resimen Ke-26 mendekati perbukitan di utara reruntuhan Desa Nishi, mendapati hampir tidak ada perlawanan. Mereka mendekati puncak dengan penuh kewaspadaan sambil mengantisipasi hujan tembakan dari depan seperti yang sudah sering terjadi. Namun selanjutnya seluruh punggung bukit dilanda ledakanan sangat besar yang dapat terdengar sampai bermil -mil. Pasukan Jepang telah memasang bahan peledak di Pos Komando mereka dan tinggallah para Marinir yang mengumpulkan mayat 43 orang rekan mereka.

Dalam manuver cerdik di sektor Divisi Ke-4, Resimen Ke-23 dan Ke-24 bergerak ke timur lalu berbelok tajam ke selatan, menggiring pasukan Jepang ke arah Resimen Ke-25 yang telah menyiapkan garis pertahanan.

Menyadari bahwa pasukan mereka terjebak, Jenderal Senda dan Kapten AL Inouye bersama 1.500 prajurit memilih melakukan serangan "banzai", bertentangan dengan instruksi Jenderal Kuribayashi. Jenderal Senda menghubungi Kuribayashi meminta persetujuan untuk serangan tersebut namun sang Jenderal marah besar dan menyatakan rencana itu sebagai tindakan yang bodoh. Senda dan Inouye berdiskusi dan memutuskan bahwa Inoye yang akan tetap melaksanakan serangan banzai.

Ketika malam tiba, para Marinir Resimen Ke-23 dan Ke-24 menjadi waspada karena meningkatkatnya aktivitas di garis pertahanan musuh.
Pertama-tama terdengar suara-suara, dan setelah dua jam tembakan artileri menghantam di sepanjang garis depan selagi sejumlah besar prajurit Jepang berusaha menerobos garis pertahanan Amerika. Beberapa di antaranya, kemungkinan perwira, menghunus pedang, beberapa menggunakan senapan mesin, sebagian besar membawa senapan dan granat, dan beberapa pelaut membawa tombak kayu kasar atau mengikatkan bahan peledak di dada. Dalam kekacauan yang mengikutinya, para Marinir menembakkan suar dan peluru penerang untuk menerangi langit ketika mereka menghabisi musuh yang bergerak maju dengan cepat menggunakan senapan mesin, senapan, dan mortir 60mm. Beberapa prajurit Jepang mengenakan helm Marinir lainnya berteriak "Prajurit Medis" dalam bahasa Inggris, dan sepanjang malam pertarungan satu lawan satu serta adu lempar granat terjadi di sepanjang garis depan. Paginya, tampaklah betapa parah pembantaian tersebut. Perhitungan jumlah mayat menunjukkan hampir 800 tentara Jepang tewas, kemungkinan jumlah korban terbesar yang mereka derita dalam satu hari dan membenarkan keengganan Jenderal Kuribayashi menggunakan serangan banzai.  Korban di pihak Marinir adalah 90 tewas dan 25 luka-luka.

Kisah serangan "banzai" Inouye terungkap bertahun-tahun kemudian oleh dua orang bawahannya yang selamat dan tertangkap. Banyak di antara anak buahnya yakin bahwa Inouye sudah sinting. Inouye murka melihat bendera Amerika berkibar di puncak Gunung Suribachi. Kutipan perkataannya: "Kita akan menghancurkan panji mereka, kita akan menggantikannya dengan bendera kita demi nama Kaisar agung dan bangsa besar Jepang."

Inouye bertanggung jawab atas Kekuatan Pertahanan AL, awak meriam pantai yang menenggelamkan dan merusak banyak kapal perang dan kapal pendarat Amerika. Sang Kapten yakin bahwa lapangan udara hanya dipertahankan oleh sedikit pasukan pendukung. Dia dan anak buahnya akan bergerak ke arah selatan, sambil menghancurkan pengebom B-29 yang dilewati; mendaki Gunung Suribachi dan menurunkan bendera Amerika serta menggantikannya dengan bendera Matahari Terbit sebagai inspirasi bagi semua pasukan Jepang yang betempur di Iwo Jima.

H+17

Tanggal 9 Maret menjadi saksi ketika dua orang prajurit marinir Amerika meraih Medal of Honor. Pratu James LaBelle yang berusia sembilan belas tahun menjatuhkan dirinya di atas granat dan gugur menyelamatkan nyawa dua rekannya, sementara dalam serangan sepanjang pantai barat ke arah Kitano Point, Letnan Jack Lummus membungkam dua kubu pertahanan musuh dan berlari di depan pasukannya, memerintahkan mereka untuk maju. Ketika berlari, dia menginjak ranjau dan kedua kakinya hancur kena ledakan. Ketika debu dan puing hilang, anak buahnya terkejut melihat dia masih berdiri menggunakan kedua pangkal kakinya dan melambai kepada mereka. Lummus meninggal siang itu di rumah sakit Divisi Ke-3 karena shock dan kehilangan banyak darah.

H+18

Penerobosan terakhir menuju ke laut dicapai oleh satu patroli beranggotakan 28 orang yang dipimpin oleh Letnan Paul Connally. Ketika mereka membasuh muka dengan air laut yang dingin, peluru mortir mulai berjatuhan di antara mereka dan mereka berlarian dengan kalang kabut ke bawah perlindungan tebing.

Pada malam yang sama, ketika Marinir beristirahat setelah hari yang mengecewakan di mana hanya sedikit yang berhasil dicapai di garis depan Divisi Ke-4 dan Ke-5, terdengar dengung ratusan pesawat rnengitari timur Iwo Jima. Tiga ratus dua puluh lima pengebom B-29 dari Saipan, Tinian, dan Guam sedang menuju Tokyo untuk melakukan serangan "bumi hangus" Jenderal Curtiss LeMay yang pertama. Dalam serangan spektakuler yang menghancurkan hampir seperempat kota Tokyo dan membunuh 83.793 orang penduduknya, LeMay telah menunjukkan rencananya bagi serangan Pasukan Angkatan Udara Ke-20 pada masa yang akan datang terhadap daratan Jepang.

H+19

Jelaslah bagi kedua belah pihak bahwa pada 10 Maret pertempuran telah mencapai puncaknya. Kantung Cushman telah terbukti sulit untuk dikalahkan;

"Meatgrinder" dan "Turkey Knob" belum direbut. Namun pasukan Jepang semakin mendekati akhir ketahanan mereka ketika mereka semakin kekurangan prajurit, kekurangan amunisi, serta kekurangan makanan dan air. Di ujung barat laut pulau Jenderal Kuribayashi mempersiapkan kantung pertahanan terakhirnya, yang akan disebut "Lembah Maut" ("Death Valley"). Berlokasi 457 meter di selatan Ujung Kitano, Lembah Maut ibarat mimpi buruk yang terdiri atas bebatuan, gua, dan parit di mana sisa pasukan yang berjumlah 1.500 orang bersiap untuk laga terakhir. Sang Jenderal menginformasikan kepada Tokyo: "Bombardir musuh sangat hebat, begitu gencarnya sehingga tidak dapat saya ungkapkan atau saya tuliskan. Pasukan saya masih bertempur dengan gagah berani dan mempertahankan posisi mereka dengan sepenuh hati."

H+2O----H+36 : "SELAMAT TINGGAL DARI IWO"

Pasukan Jepang sudah terpojok di tiga daerah: pertama di Kantung Cushman, kedua di satu daerah di pantai timur yang berada di antara Desa Higashi dan laut, dan yang ketiga di Lembah Maut di pantai barat laut, di mana Jenderal Kuribayashi dan sisa pasukannya bertahan. Pertempuran konvensional di tinggalkan ketika pasukan infanteri berhadapan dengan musuh yang putus asa.

iwo jima-Last pocket

Tank hanya dapat beroperasi di daerah ditempat bulldozer dapat membersihkan jalan. Tembakan artileri dikurangi ketika garis depan menyatu, dan banyak awak meriam yang kembali mengenakan perlengkapan tempur infanteri.

Dalam langkah sinis untuk menenteramkan kegelisahan publik Amerika terhadap besarnya jumlah korban yang diumumkan oleh Departemen Perang. Iwo Jima dinyatakan 'aman" pada 14 Maret, dalam upacara di bawah bayang-bayang Gunung Suribachi. Perwira personil Harry Schmidt membacakan pernyataan tersebut ketika tembakan artileri dari medan pertempuran membahana di utara. Hampir menenggelamkan suaranya. Ironi situasi tersebut dapat dilihat jelas oleh semua orang.

 

Pertempuran Terakhir-di Iwo Jima

Di barat daya, Divisi Ke-5 menyusun kekuatan dan mempersenjatai diri kembali dalan persiapan untuk serangan akhir terhadap markas besar Jenderal Kuribayashi di Lembah Maut.

Sementara itu Divisi Ke-3 bertarung dalam pertempuran berdarah di Kantung Cushman, perlahan menggilas habis sisa-sisa pasukan Baron Nishi yang fanatik. Sang Baron, buta sebagian akibat pertempuran, bertahan sampai akhir menggunakan tank yang ditanam sebagai artileri dan bertarung dari jejaring gua yang rumit sampai akhirnya Kantung Cushman berhasil dibungkam. Nasib sang Baron sendiri tidak jelas karena jasadnya tidak pernah teridentiļ¬kasi dan tak ada perwira stafnya yang selamat.

----------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada figur yang sangat menarik diantara prajurit Jepang yang bertempur di Iwo Jima, dia adalah Baron Nishi atau Letkol Takeichi Nishi komandan resimen tank ke 26.

Baron nishi & Uranus
Baron Nishi dan Uranus

Menariknya karena dia adalah peraih medali emas Olimpiade 1932 di Los Angeles dalam cabang olah raga berkuda, sampai saat ini tidak ada orang Jepang yang dapat menyamai pretasinya. Foto dibawah memperlihatkan sang Baron dengan kuda kesayanganya Uranus yang mengantarkanya merebut medali emas Olimpiade dan malang melintang di seluruh dunia dalam kejuaraan dunia berkuda dalam kurun waktu 1930 -1936. Kuda ini mati seminggu kemudian di istalnya di dekat Tokyo setelah sang baron gugur di Iwo Jima. Menyusul tuannya ke alam baka.
Kisah tentang sang baron yang lebih lengkap bisa dilihat disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------


Sementara itu Jenderal Senda, yang menolak untuk ambil bagian dalam serangan "banzai" gila pada H+16, masih bertahan di daerah sebelah timur Higashi, diperkirakan bahwa jumlah pasukannya tinggal kira-kira 300 orang, dan dalam usaha untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut, Jenderal Erskine mengadakan siaran lewat pengeras suara yang mengatakan kepada pasukan Jepang bahwa perlawanan lebih lanjut adalah tindakan sia-sia. Namun,usahanya tidak di gubris pihak Jepang dan pembantaian terus berlanjut selama empat hari ke depan sampai seluruh anggota pasukannya ditumpas habis. Jasad Jenderal Senda tidak pernah ditemukan.

Karena hanya tinggal Lembah Maut yang harus direbut, Harry Schmidt menganggap pertempuran telah berakhir. Sayangnya dia salah menilai Kuribayashi, dan pertempuran rnasih berlanjut selama sepuluh hari dengan tambahan korban sebanyak 1.724 Marinir Amerika terluka. Lembah Maut berukuran panjang sekitar 640 meter dan lebar sekitar 274 meter sampai 457 meter dengan lusinan ngarai dan parit yang mengarah ke kedua sisinya. Dalam satu gua di labirin itu sang Jenderal merencanakan pertahanan terakhir.

Resimen Ke-28 pimpinan Kolonel Liversedge bergerak ke pesisir dan mengambil posisi di jurang yang mengawasi Lembah Maut, sementara sisa divisi lainnya menyerang dari tengah dan timur. Selama seminggu, Marinir dengan susah payah menekan mundur pertahanan Jepang sampai pada 24 Maret pasukan musuh tinggal bertahan di daerah seluas 46 meter persegi. Setiap harinya tank penyembur api telah menghabiskan 10.000 galon  lebih bahan bakar  untuk membakar gua-gua dan lubang-lubang.

Begitu banyaknya korban yang jatuh di pihak Marinir Amerika sehingga Batalion Ke-2 tidak dapat lagi dianggap satu kekuatan tempur, dan Batalion Ke-1 sudah mengalami tiga pergantian komandan dalam sembilan hari. Komandan yang pertama kepalanya terpenggal, yang kedua dibuat buntung oleh ranjau dan yang ketiga kehilangan tangan kirinya karena rentetan tembakan senapan mesin.

Jenderal Erskine kembali mencoba membujuk musuh agar menghentikan perjuangan mereka yang tanpa harapan, mengirimkan tawanan Jepang dan Nisei (warga Amerika keturunan Jepang) untuk menghubungi pasukan yang bertahan. Dalam kontak radio dengan Mayor Horie di di Chichi Jima, Jenderal Kuribayashi berkata: "Kami menertawakan muslihat kekanak-kanakan itu dan tidak terpancing olehnya." Pada 17 Maret, Horie telah menghubungi sang jenderal untuk memberitahukan mengenai kenaikan pangkatnya menjadi Jenderal penuh, dan pada malam 23 Maret Horie rnenerima pesan terakhir: "Kepada seluruh perwira dan prajurit di Chichi Jima-selamat tinggal dari Iwo Jima."

Dalam kegelapan menjelang subuh pada 26 Maret, adegan terakhir tragedi Iwo Jima dilakukan. Sekitar 200 sampai 300 orang tentara Jepang dari Lembah Maut dan posisi lainnya di pesisir barat diam-diam merayap melalui jurang di sektor Divisi Ke-5 ke daerah perkemahan yang berada di antara Lapangan Udara No. 2 dan laut, yang didiami oleh beragam kesatuan Seabees, personil Angkatan Udara, Kesatuan Pantai, dan awak meriam anti pesawat. Kebanyakan di antara mereka sedang tidur, merasa aman karena menyangka pertempuran hampir berakhir. Dalam serangan dari tiga arah pasukan Jepang merobek tenda, menusuk orang-orang yang sedang tidur,melempar granat serta menembakkan pistol. Keributan yang ditimbulkan dengan cepat membuat siaga pasukan dari daerah di sekitarnya; Marinir dari Batalion Perintis yang berada di dekat sana, prajurit kulit hitam dari Kesatuan Pantai, dan prajurit Divisi Infanteri Ke-147 bergabung dalam pertarungan kacau-balau saling tembak, pukul, tendang, dan tusuk. Ketika fajar menyingsing dapat terlihat begitu hebatnya pertumpahan darah yang terjadi di daerah perkemahan tersebut: 44 orang awak udara dan 9 orang Marinir tewas,119 orang lainnya luka; dari pihak penyerang 262 orang terbunuh dan 18 lainnya tertawan. Letnan Harry Martin dari Batalion Perintis Ke-5 dengan tergesa mengatur garis pertahanan selama pertempuran itu dan sendirian menewaskan empat penembak senapan mesin musuh sebelum akhirnya gugur, dia adalah pahlawan penerima Medal of Honor yang terakhir di Iwo Jima.

Kematian Jenderal Kuribayashi sendiri masih diselubungi misteri. Dengan serangan terakhir pada 26 Maret perlawanan Jepang terorganisir akhirnya berakhir. Pertempuran dalam skala kecil-kecilan tetap berlanjut sampai bulan Juni ketika beberapa tentara Jepang yang bertahan sampai akhir berhasil ditangkap (seperti Lt Musashino, komandan Kompi perintis 2 dari Mix Brigade).

Penutup

Amerika telah salah perhitungan dalam operasi ini, mereka meleset dalam soal waktu, biaya operasi ini serta tekad dan kesiapan musuh dibawah kepimpinan Jenderal Tadamichi Kuribayashi. Apa yang mereka kira sebagai pertempuran yang singkat, ternyata menjadi pertempuran paling mahal dalam sejarah Korps Marinir AS. Dengan jumlah korban dari Marinir Amerika 23.157 korban (5.885 tewas) dan Angkatan Laut AS/Kapal Laut mengalami beberapa 2.798 korban (881 tewas).

Dari pihak Jepang dari 21.060 personel yang mempertahankan Iwo Jima, hanya tersisa 216 personil dari Angkatan Laut dan 867 personil Angkatan Darat yang berhasil ditawan, lainnya sebanyak 19.977 orang diperkirakan tewas.

Dua puluh tujuh personel Amerika (22 Marinir, 4 Navy corpsmen/perawat dan 1 Naval Officer) menerima Medal of Honor (13 anumerta), sepertiga dari total diberikan kepada Korps Marinir AS dalam Perang Dunia 2. Dengan ini berakhirlah catatan tentang pertempuran Iwo Jima.


Sumber : Osprey Publishing


Artikel Terkait

loading...



Ditulis kembali oleh
Perang Dunia 2

Henki Triswanto

Hanya tertarik pada Perang Dunia 2, apa yang telah saya pelajari,saya share-kan kembali, agar saya mendapat lebih banyak lagi....

Tag : Asia Pasifik
Back To Top